BENGKULU detikperistiwa.com–- Panggung audisi bertajuk “Tunjukkan Bakatmu, Audisi Celebrity Hunt Nusantara” (ACHN) menuai kecaman dari orang tua pendamping peserta yang didominasi anak-anak. Ajang ini disinyalir bermodus penipuan.
Acara tersebut diselenggarakan di Anjungan Provinsi Bengkulu, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) selama 5 hari mulai Tanggal 28 Februari hingga 5 Maret 2017. Panggung Audisi ACHN ini tertulis sebagai latarnya disponsori Jak TV.
Acara ini menurut salah satu orang tua peserta audisi, Ny Reta asal Bekasi, ia sebenarnya curiga dengan kepanitiaan audisi tersebut.
Namun anaknya tetap bersikeras untuk mengikutinya, sehingga ia pun hanya bisa pasrah mengikutkan anaknya lomba tersebut.
“Terpaksa saya harus ikutin maunya, karena kasihan ketika anak saya menerima selempang sebagai salah satu peserta yang lolos ke audisi selanjutnya di Jakarta,” ujarnya pasrah.
Reta, bahkan semakin tidak begitu yakin, ketika setiap peserta ternyata dimintai biaya bervariasi. Ada yang dimintai mulai dari Rp1,7 juta hingga Rp2 juta untuk setiap peserta yang lolos agar bisa ikut audisi ACHN di Jakarta.
Dia bahkan miris, ketika anaknya menelpon jika mengalami muntah-muntah. Akibatnya, Reta langsung menuju ke tempat anaknya menginap dan betapa kagetnya, ketika di lokasi tempat menginap tidak ada satupun penjaga.
“Keamanan di tempat tinggal mereka tidak ada, semua orang bebas masuk, saya bawa anak saya keluar dan kembali ke tempat tinggalnya, tidak ada satupun yang menanyakannya,” ujar Reta yang anaknya masih berumur 7 tahun.
Kekhawatiran, Reta soal keamanan tempat tinggal peserta, dikarenakan anak-anak yang ikut audisi banyak masih kecil. Umumnya pesertanya masih anak-anak itu berasa dari luar daerah, bahkan dari luar Pulau Jawa.
Anak Reta, mengikuti audisi di Bekasi dengan membayar biaya sebesar Rp200 ribu. Anaknya ini termasuk salah satu yang lolos di antara keempat peserta lainnya yang sama dari Bekasi.
Lain lagi dengan keluhan dari salah satu pendamping peserta asal Riau, Ny. Pandjaitan yang terpaksa harus hadir menemani cucunya yang masih berumur 4 tahun.
Ibu Pandjaitan ini bingung dikarenakan, pihak panitia terkesan tidak mau tahu dengan persoalan peserta.
“Ketika mengikuti audisi di Jakarta, cucu saya awalnya mau duduk dengan peserta lainnya, namun ketika saya keluar ruangan, cucu saya juga ikut keluar dan pihak panitia sepertinya membiarkan saja,” ujarnya sambil menambahkan ketika audisi berlangsung pihak pendamping memang tidak diperbolehkan berada di dalam ruangan.
“Namanya juga anak kecil, saya keluar dia juga ikut keluar dan anehnya sampai saat ini tidak ada satupun pemberitahuan, apakah lolos atau tidak audisinya,” ucap Ibu Pandjaitan merasa heran dengan sikap panitia yang masa bodoh dan terkesan tidak profesional menyelenggarakan acara.
Karena menurutnya, seharusnya ada pendamping profesional untuk memberikan pengarahan terutama kepada anak balita seperti cucunya.
“Ini sangat tidak profesional, anak saya saja tidak pernah ikut audisi. Dan saya kira anak saya dilatih bagaimana cara mengambil suara, bagaimana suara perut atau bagaimana tehnik bernyanyi yang benar. Anehnya, sekarang sudah final. Kapan audisinya?,” tanya Ibu Reta keheranan. Bahkan ibu ini kesal ternyata yang disebut pelatih vokal justru lebih cocok disebut pelatih militer.
Kegiatan ini memang menelan biaya yang tidak sedikit buat para orangtua, karena selain biaya tiba-tiba sebesar Rp2 juta tanpa pemberitahuan, juga masih ada lagi biaya yang dibebankan kepada setiap peserta sebesar Rp100 ribu/hari untuk biaya penginapan.
Lalu kepada pendamping, juga dikenakan biaya sebesar Rp150 ribu jika ingin masuk menonton anak atau cucu mereka sedang tampil dalam workshop.
“Awalnya kami diberikan undangan dan tertera biaya sebesar Rp150 ribu untuk seluruh kegiatan, tapi sampai disini justru berbeda, karena setiap kali ingin melihat harus membayar Rp150 ribu,” ujarnya.
Sementara itu pihak panitia bernama Erna, sempat dihubungi beberapa wartawan melalui salah satu nomor kontak yang tertera diundangan justru diam seribu bahasa.
Walaupun pesan yang terkirim sudah tertanda centang yang menandakan jika sudah dibaca.
Sementara itu pihak Jak TV sendiri kaget juga ketika nama mereka ikut dipasang dalam spanduk dan undangan yang disebarkan Even Organizer (EO) penyelenggara. Karena menurut pihak Jak TV, mereka hanya kontrak blocking siaran. (group FPII)