
TANGERANG-Founder Sekolah Anak Bahari, Duta Pemuda Banten untuk Pertukaran Pemuda Indonesia-Tiongkok 2016, Duta Pemuda Anti Narkoba 2015, Pengabdian Masyarakat Award UIN Jakarta 2016, Student Achievement Award UIN Jakarta 2016.
Tak ada yang menyangkal di dunia modern yang serba digital pada saat ini, kepemilikan yang paling penting bukan lagi kepemilikan sumber daya alam. Tetapi kepemilikan karya cipta, kreatif menjadi sangat penting.
Kedepan bangsa ini harus siap megantisipasi berkurangnya kekayaan sumber daya alam dan sesegera mungkin mempersiapkan generasi muda yang mampu mengolah pengetahuan menjadi karya, pemuda yang memiliki peran aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan.
Kabupaten Tangerang beruntung masih banyak memiliki pemuda yang menjadi kontrol sosial sekaligus pencipta perubahan, seperti halnya Bagus Muhamad Rijal.
Bagus Muhamad Rijal mahasiswa semester 8 UIN Jakarta yang juga pemuda asli Saga, Balaraja ini menjadi salah satu pemuda yang memiliki kapabilitas lengkap sebagai pemuda.
Di usia yang terbilang masih sangat muda Bagus cukup banyak menginspirasi pemuda-pemuda daerah, karena karya dan prestasinya serta kepeduliannya terhadap masyarakat.
“Bagi saya prestasi tanpa karya itu kosong, dan karya tanpa prestasi itu bohong, makanya kedepan pemuda itu selain punya prestasi harus juga punya karya terutama yang bermanfaat untuk masyarakat,” ujar bagus
Putra sulung dari pasangan Farid Ma’ruf dan Siti Nurlela ini dikenal sebagai sosok yang lebih mengutamakan kepentingan khalayak ramai, di tengah keterbatasan ekonomi, Bagus justru mencoba menjadi pelopor gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan di daerah seperti halnya mendirikan Sekolah Anak Bahari dan Pustaka Muda Indonesia.
*Dikenal sebagai sosok pencipta dan pengabdi*
Pada usia 19 tahun Bagus mampu mendirikan satu gerakan sosial yang diberi nama Sekolah Anak Bahari, sekolah ini merupakan satu komunitas sosial pendidikan dengan konsep pendidikan non-formal untuk anak-anak pesisir yang mempunyai fokus dalam mengembalikan jiwa kebaharian atau kemaritiman anak pesisir dengan menghimpun anak-anak bahari dalam mengembangkan potensi diri, kreatifitas serta keterampilan mereka.
Adapun konsep pendidikan dari Sekolah Anak Bahari ini hampir sama dengan konsep pendidikan masyarakat atau pendidikan non-formal pada umumnya. Namun yang membedakan di sini adalah Sekolah Anak Bahari juga mempunyai orientasi lebih terhadap konsep pendidikan mengarah pada pembangunan karakter maritim (maritime and character-edu) dan membangun karakter lokal serta peningkatan kreatifitas anak.
Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa, Bagus tetap berani mengambil resiko untuk meluangkan waktu mendirikan Sekolah Anak Bahari, yang saat ini sudah berkembang pesat atas partisipasi 60 relawan lainnya.
Di tahun pertama berdiri Sekolah Anak Bahari pun sangat diterima masyarakat luas, sehingga mampu berkembang dengan sangat cepat, di mulai dengan modal nekat dan seadanya hanya dengan beralaskan tikar yang dipinjam dari pak RT dengan keuangan murni swadaya dari relawan.
Bagus tak pernah menyangka Sekolah Anak Bahari dapat berkembang seperti sekarang padahal ini hanyalah langkah kecil yang kami lakukan untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan apa yang kita bisa sebagai anak muda.
“ Kalau saya ingat kembali proses awal membentuk SAB saya tak menyangka akan seperti sekarang, saya sangat ingat ketika pertama kali dideklarasikan hanya 14 orang yang mendaftar menjadi relawan pengajar, bahkan di bulan-bulan awal kami harus meminjam tikar dari pak RT, karena waktu itu kita benar-benar belajar di alam, di atas pasir Tanjung Kait,” jelas Bagus pada Awak media.
“Tapi dalam perjalanan panjangnya kami bertransformasi dengan sangat cepat, dari 14 relawan, sekarang kami memiliki 60 orang relawan aktif, dari awal hanya beralaskan tikar berkat bantuan dari salah satu perusahaan, kita dapat memiliki gedung sendiri, bagi saya ini sangat luar biasa di tahun pertama kami berdiri,” ungkapnya.
Bahkan tak cukup puas mendirikan Sekolah Anak Bahari, Bagus mencoba menjadi pelopor komunitas pemberdayaan pemuda yang ia beri nama Pustaka Muda Indonesia.
*Berkarya dengan berprestasi*
Memiliki banyak prestasi sehingga menjadi sosok yang menginspirasi memang menjadi impian banyak anak muda, kini seiring kemajuan jaman dan perubahan trend menimbulkan dampak positif bagi pemuda Indonesia yanga semakin hari kian berlomba-lomba mengambil peran untuk perubahan Indonesia.
Meskipun disibukan dengan padatnya jadwal kuliah ditambah kesibukannya berorganisasi, Bagus tak pernah melupakan untuk menorehkan prestasi, anak muda kelahiran Tangerang, 22 Juni 1996 yang memiliki prinsip “karya tanpa prestasi adalah kosong, prestasi tanpa karya adalah bohong”
Selain dikenal sebagai aktifis sosial kemasyarakatan, Bagus juga dikenal sebagai anak muda yang berprestasi, sertifikat prestasi dari tingkat kampus, daerah hingga internasional menjadi penghias dinding rumahnya, mulai dari Duta Anti Narkoba Kabupaten Tangerang 2015, Penerima Anugrah Pengabdian Masyarakat Award UIN Jakarta 2016, Mahasiswa Berprestasi UIN Jakarta 2016, hingga menjadi delegasi Indonesia untuk pertukaran pemuda Indonesia-Tiongkok 2016. Keberhasilan inilah yang membuatnya semakin bersemangat untuk maju.
“Saat ini rasa syukurlah yang diucapkan atas pencapaian yang berharga. Saya percaya ini adalah buah dari perjalanan panjang yang saya lalui ditambah doa orang-orang sekitar saya dan juga hasil evaluasi saya atas kegagalan-kegagalan saya sebelumnya,” tuturnya.
Bagus juga mengingatkan kepada anak muda daerah khususnya anak desa yang memiliki potensi luar biasa untuk berani mengambil kesempatan-kesempatan yang ada. Sejauh ini banyak saya temui anak muda yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa.
“Tapi kebanyakan dari mereka pun masih terlalu pasrah akan keadaan entah faktor ekonomi keluarga atau bahkan karena masih merasa “anak desa” sehingga tak mau mencoba mengeksplore lebih diri mereka dan bersaing untuk lebih berprestasi, dan inilah yang saat ini menjadi fokus perhatian saya, kalau bermimpi saja sudah tidak mau, bagaimana untuk mewujudkannya,” pungkasnya menutup keterangannya. (rls)