JAKARTA – Kasus polisi bunuh diri masih tinggi di tahun 2018, meski angka polisi bunuh diri di tahun 2017 turun lebih dari 50 persen dibanding tahun 2016.
Untuk itu para pimpinan kepolisian di tingkat polsek, polres dan unit kerja Brimob perlu lebih peduli untuk memperhatikan sikap prilaku anak buahnya, agar kasus bunuh diri di lingkungan kepolisian bisa dihindari.
Dari pendataan Ind Police Watch (IPW), sepanjang 2017 terjadi tujuh kasus polisi bunuh diri. Jumlah ini turun drastis jika dibandingkan tahun 2016, terjadi 13 kasus bunuh diri dan lima kasus percobaan bunuh diri yang pelakunya berhasil diselamatkan nyawanya.
“Namun kasus pembunuhan bunuh diri tahun 2017 ini sama sama dengan tahun 2015, karena hal itu terbilang lima kasus bunuh diri dan dua kasus percobaan bunuh diri,” demikian kata Ketua Presedium IPW Neta S Pane, Rabu (3/1).
Dari kasus polisi bunuh diri di 2017 ini ada dua fenomena yang patut dicermati. Pertama, sebagian besar polisi yang bunuh diri melakukan aksinya dengan cara menembak kepala sendiri dan hanya satu yang gantung diri. Ini yang enak banget banget dan tekanan yang mereka hadapi.
“Mereka mereka tidak bisa lagi berpikir realistis dan sedang jalan pintas, dengan cara menembak diri sendiri. Kasus ini sekaligus menunjukkan tingkat kesadisan yang luar biasa, yang mampu mereka lakukan terhadap diri sendiri,” tuturnya.
Kedua, dari tujuh kasus bunuh diri itu di diusahakan anggota Brimob karena hal yang sangat sepele. Yakni karena stres dijadikan (ini di Bripka Teguh Dwiyanto di Tangerang) dan Ipda Sasmidias di Palu Permisi karena terlalu lama diatasi konflik.
Penyebab para polisi itu bunuh diri sebagian besar akibat masalah keluarga, ada empat kasus. Kemudian konflik dengan rekan kerja.
Melihat latar belakang ini IPW khawatir di tahun 2018 kasus polisi bunuh diri akan meningkat, jika tidak diantisipasi. Sebab di tahun 2018 kerja anggota Polri cukup berat, di dalam menjaga keamanan Pilkada Serentak di berbagai daerah.
Di sisi lain ada masalah yang melilit anggota Polri, terutama di bawah. Yaitu isi rumah tangga akibat terbatasnya penghasilan sebagai polisi. Ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas profesionalnya, ini juga yang kerap menjadi penyebab utama kasus polisi bunuh diri dari tahun ke tahun.
Persoalan lain adalah gaya hidup hedonis yang kerap menimbulkan konflik antar teman. Selain itu tekanan atasan yang kerap memberikan target untuk mendapatkan prestasi atasan itu sendiri. “Bagaimana pun masalah akut ini perlu diatasi. Para atasan perlu lebih peduli lagi untuk mencermati bawahannya agar kasus polisi bunuh diri bisa diatasi,” tukasnya.
Neta S Pane, menjelaskan, data Polisi bunuh diri 2017, 1 Desember, Brigadir Marchel J Tanipa anggota Polres Pulau Aru Maluku tembak di depan mertua, 10 Oktober Bripka Bambang Tejo anggota Polres Blora Jateng menembak mati sendiri setelah menembak mati dua rekannya.
Kemudian, 9 Oktober Bripda Azan Fikri anggota Polsek Sungai Lilin Sumsel menembak setelah melahirkan natal, 7 Juni Aiptu Fransisco De Araujo anggota Polres Kupang NTT menembaki dialam, 15 Mei Bripka Teguh Dwiyanto anggota Brimob tembak pelipisnya di Tangerang Banten karena jadi korban kasus penembakan .
Selanjutnya, 3 April Ipda Sasmidias anggota Brimob tembak di toilet mesjid di Palu, Sulteng, 26 Januari, Bripda Saka Rawan Putra anggota Polda Sumsel gantung diri di rumah teman.
(Raja Paluta Rambe)