SAWAHLUNTO-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat, H. Gusrizal Gazahar mengemukakan, perkembangan kegiatan tabligh akbar di kalangan umat Islam dengan mengundang mubaligh dari luar daerah saat sekarang sebenarnya tidak mampu menyelesaikan persoalan umat.
Menurutnya, tabligh akbar hanya akan menghabiskan dana, sedangkan akar masalah umat tidak terjamah.
Hal ini menyebabkan bangsa ini ibarat buih di tengah lautan. “Umat harus kembali kepada dakwah berbasis kabilah atau kaum sebagaimana dipraktekkan Nabi Muhammad Saw,” kata Pria Alumni Universitas Al Azhar Kairo itu sewaktu memberikan tausiyah pada acara tabligh akbar memperingati Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke-72 di Masjid Agung Kota Sawahlunto, Kamis (4/1).
Karenanya, Gusrizal meminta umat islam menghidupkan kembali metode dakwah jaman dahulu seperti pernah pula diterapkan di Minangkabau dengan menjadikan ulama atau akrab dipanggil “buya” yang menjadi pengayom masyarakat pada waktu itu, namun kini sudah ditinggalkan masyarakat.
“Masyarakat harus punya buya di kampung untuk membina umat”,ujarnya.
Dia menambahkan, sudah saatnya masyarakat memberdayakan lagi buya di kampung dan bukan membandingkan dengan penceramah terkenal.
Selanjutnya, ia menghimbau buya-buya di kampung agar lebih semangat menuntut ilmu seraya menghidupkan masjid maupun surau.
Sementara itu, jika nanti buya di kampung terkendala menyangkut SDM maka disinilah peran MUI mengatasinya.
Selain Kakankemenag H.Maejanis beserta jajaran, turut serta hadir mendengarkan ceramah agama Dosen IAIN Bukittinggi tersebut, Ketua DPRD, Asisten 1, Kejari, Danramil, ketua MUI,ketua LKAAM dan ASN dinas/instansi vertikal maupun daerah se-Kota Sawahlunto.
(fh)