BANDA ACEH detikperistiwa.com––– Hujan yang mengguyur secara terus menerus sejak tiga hari terakhir telah menyebabkan banjir setidaknya di lima wilayah Aceh, meliputi Aceh Besar, Pidie, Langsa, Aceh Jaya dan Aceh Barat.
Plt Gubernur Aceh telah memerintahkan jajarannya termasuk Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) bergerak cepat ke zona bencana untuk melakukan penanganan darurat dan menyalurkan bantuan masa panik.
Kawasan paling parah dilanda bencana antara lain Aceh Jaya, Aceh Barat dan Pidie. Khusus di Aceh Jaya, sebagaimana dikatakan Kalaksa BPBA, Said Rasul banjir kali ini lebih besar dari kejadian serupa tiga minggu lalu.
“Saya menemukan fakta bahwa banjir di Aceh Jaya kali ini juga melanda sejumlah titik yang sebelumnya aman, misalnya di Cot Trap, Kecamatan Teunom,” kata Said Rasul yang turun langsung ke zona bencana untuk menindaklanjuti perintah Plt Gubernur Aceh.
“Kita sudah salurkan bantuan makanan siap saji, peralatan rescue dan personel terlatih untuk bergabung dengan tim yang sudah ada di wilayah setempat,” ujarnya.
Masih di Aceh Jaya, seorang warga bernama M Yusuf Daud (56), warga Desa Tanoh Manyang, Kecamatan Teunom, Selasa (8/11) sekitar pukul 16.30 WIB dilaporkan hilang diseret banjir. “Kita sedang melakukan pencarian bersama tim Basarnas dari Kantor SAR Banda Aceh dan Pos SAR Meulaboh, TNI/Polri, masyarakat, dan relawan lainnya,” kata Ketua Tagana Aceh Jaya, Rizal Dinata.
Kemudian, tingginya intensitas hujan sejak Minggu (6/11) dini hari di Aceh Besar mengakibatkan meningkatnya debit air Krueng Inong yang ikut membawa serta material bongkahan kayu dan lumpur.
Kalaksa BPBD Aceh Besar, Ridwan Jamil SSos MSi kepada Serambi, Selasa (8/11) menyebutkan dampak banjir luapan di sejumlah kecamatan di Aceh Besar telah merusak beberapa infrastruktur.
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Aceh Besar mulai Senin malam mendata beberapa kawasan rawan mulai dari Kecamatan Seulimuem, Indrapuri, Leupung, dan Lhoong. “Banjir dan arus kencang terjadi di Seulimuem, Indrapuri, Leupung, dan Lhoong. Meski cepat surut, tapi sempat merendam rumah penduduk dan merubuhkan sejumlah infrastruktur seperti tanggul, bendungan irigasi dan pintu air Blang Baroh Lhoong yang ikut jebol,” katanya.
Tebing Krueng Agam hampir merobohkan badan jalan utama di Gampong Seulimuem dekat kompleks Dayah Ruhul Fata serta jembatan penghubung Dusun Teungoh Gampong Kreung Lamkareung di Kecamatan Indrapuri. “Kami terus memantau perkembangan dan terus menunggu laporan pihak kecamatan tentang dampak kerusakan lainnya jika ada,” sebut Ridwan Jamil.
Di Aceh Barat, banjir besar menyebabkan terendamnya 46 desa dalam 9 dari 12 kecamatan di kabupaten itu. Jembatan gantung di Kecamatan Sungaimas rusak parah. Ribuan warga mengungsi. Banjir juga menyebabkan aktivitas sekolah diliburkan.
Jembatan gantung yang rusak parah di lintas Tungkop-Kajeung setelah sebuah kapal pengeruk emas atau kapal Baijing milik penambang emas menghantam jembatan yang panjangnya 180 meter tersebut setelah diseret banjir. Sebelumnya kapal tersebut juga menghantam jembatan rangka baja Tutut sehingga sempat mengeluarkan suara gumuruh cukup besar. Dampak jembatan gantung rusak parah, penduduk dua desa yakni Tungkop dan Drien Sibak terpaksa menggunakan jalan lebih jauh hingga 8 kilometer ke pusat kecamatan.
Rincian desa yang terendam yaitu di Kecamatan Sungaimas 10 desa, Woyla Barat 15 desa, Pante Ceureumen 2 desa, Johan Pahlawan 2 desa, Woyla 10 desa, Meureubo 1 desa, Woyla Timur 1 desa, Arongan Lambalek 1 desa, dan Kaway XVI 1 desa. Warga yang terimbas banjir sebanyak 1.152 KK (3.558 jiwa).
Lokasi pengungsian yang sudah dibuka Pemkab Aceh Barat adalah di atas Gunung Tungkop, Kecamatan Sungaimas, Balai Keselamatan dan Kantor Desa Napai, Balai Keselamatan Alue Leuhop, Kecamatan Woyla Barat dan TK Desa Lueng Buloh, Kecamatan Woyla. “Banjir Aceh Barat juga berdampak sejumlah sekolah dalam 9 kecamatan diliburkan,” kata Kalak BPBD Aceh Barat, T Syahluna Polem.
Kadis Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Aceh Barat, Shah Triza Putra Utama mengatakan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan BPBD dalam menanggulangi korban banjir. Sejumlah posko pengungsi yang sudah dibuka pihak Dinsos akan menyuplai kebutuhan pada masa darurat.
Selanjutanya, hujan yang mengguyur selama dua hari di Kecamatan Tangse, Pidie menyebabkan banyak infrasruktur publik rusak diterjang banjir akibat meluapnya sejumlah aliran sungai.
Data sementara, saluran irigasi di Blang Bungong rusak, sepanjang 50 meter badan jalan Tangse-Geumpang amblas, jembatan gantung Pulo Baroh terbawa air, dan tanggul irigasi Lhok Mancang Pulo Seunong jebol. Gampong yang terendam adalah Pulo Mesjid, Pulo Baroh, Ireu Krueng Meriam, dan Pasar Keude Tangse.
Kalak BPBD Pidie, Apriadi SSos kepada Serambi, Selasa (8/11) mengatakan, hujan yang mengguyur Tangse selama 17 jam selain merendam empat gampong juga menyebabkan longsor di Ule Gle, Gampong Krueng Meriam, dan Gampong Blang Pandak.
“Tangse masih berpotensi diguyur hujan lebat. Perlu perhatian serius kepada Tangse untuk meminimalisir dampak bencana,” kata Apriadi.
Kemudian, dua rumah warga Gampong Suka Jadi Makmur, Kecamatan Langsa Baro yang dihuni empat kepala keluarga (KK), Senin (8/11) malam nyaris ambruk dan tertimbun tanah longsor pascahujan terus menerus yang melanda wilayah tersebut.
Untuk menghindari longsor lebih parah, pemilik rumah, Supriadi (40) dan Sukirno (60) bersama anggota keluarga masing-masing diungsikan sementara ke rumah famili. Rumah kedua warga tersebut akan dipindahkan ke lokasi lain yang lebih aman.
Pemko Langsa melalui BPBD, Dinsosnaker, Baitul Mal, serta aparat Polres Langsa telah turun ke lokasi membawa bekal bantuan masa panik kepada korban.
Kalak BPBD Langsa, Rinaldi Aulia, saat meninjau lokasi longsor meminta perangkat gampong untuk memfasilitasi kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh warga yang rumahnya mengalami musibah bencana longsor.(c45/riz/naz/mir/c43/zb/tnc)